Salah satu perbedaan yang paling kerasa antara pagi hari ketika kerja dan ketika liburan pasti adalah saat alarm hape berbunyi. Kalau pas hari kerja sih, pasti udah snooze terus ampe berkali-kali. Tapi kalau pas lagi liburan, mungkin alarm belom bunyi aja, udah pada bangun duluan. Terutama hari ini, karena kami dak boleh bangun kesiangan, kecuali kalau mau ketinggalan pesawat pagi ini, yang akan menerbangkan kami menuju...Busan !
Yes, we are moving to Busan today !
Setelah berbenah dan memastikan tidak ada
Sampai pada akhirnya gue sama Ocha iseng jalan ke arah departure gate dan langsung panik pas liat antrian masuk yang mengular panjang banget. Buru-buru telpon Kristi buat kabarin dan minta mereka langsung jalan ke arah gate buat antri. By the way, kalau pas Gimpo ke Jeju kami khawatir nama Ocha ga bisa lewat, kali ini, kami kembali was-was nama Kristi yang ga bisa lewat, haha. Ini salah gue sih, karena gue yang beli tiketnya, terus pas booking lupa masukin nama belakangnya Kristi. Jadi, tenang aja kaka Kristi, kalo namamu ga lewat,
Bhayy Jeju ! Hello, Busan !
Kurang lebih satu jam kemudian, kami safely landed di Busan dan di sini kami akhirnya bisa sedikit lebih lega. Karena selain di Busan sudah ada train system dan bus juga banyak, di sini juga ada kenalan Ocha yang bakal nemenin kami untuk jalan-jalan. Jadi, masalah transport dan komunikasi rebes deh. Pas keluar, ko Yos (kenalannya Ocha) udah nungguin dan berhubung waktu kami di Busan cuma satu malam, tentunya mesti dimanfaatkan dengan baik dan maksimal donk, jadi kami langsung bergegas menuju hotel untuk drop koper biar bisa leluasa jalan-jalan. Ohya, di Busan, kami menginap di Hotel The Mark Haeundae, dengan tipe kamar Korean-style (oriental) yang unik, which is bentukan tempat tidurnya adalah matras dan yang paling utama...kamarnya luas dan fasilitasnya lengkap banget !
Sebelum menikmati keindahan Busan, mari kita isi energi dulu dengan makan...Gukbap ! Berhubung ada si ko Yos yang bisa kami percaya, jadinya tinggal ikutin langkah kakinya aja dan sampailah kami di salah satu restoran yang jual Gukbap, di dalemnya banyak testimoni-testimoni dan sepertinya pernah diliput oleh media, jadi tampaknya lumayan meyakinkan.
Gukbap ini simple nya adalah bap (nasi) yang dicampur dalam guk (sup). Tapi boleh juga kok minta pisah antara nasi dan sup kalau ga biasa makan yang campur langsung. Uniknya, ada bonus yakult sebagai dessert. Selain itu, tentunya pasti selalu ada banchan sebagai side dishes.
ENAK !
Betewe, cuaca di Busan lebih manusiawi dibandingkan Jeju, tapi anginnya masih cukup dingin sih. Ketika menuju Busan Tower, kami mesti jalan nanjak lumayan tinggi gegara salah arah, dan lumayan keringatan. Terus, mataharinya SILAU banget. Bersyukur sih, karena efek foto jadinya lebih tjakep.
Berhubung kami emang ga ada niat buat naik ke atas tower, jadi cuma muter-muter di sekeliling aja sebelum melanjutkan perjalanan ke tujuan utama kami di Busan. Yang penting udah meninggalkan jejak di tempat yang menjadi simbolnya Busan, hehe.
Karena belum sanggup untuk sampai ke Santorini Greece, bisa ke Gamcheon Culture Village yang dikenal sebagai Santorini-nya Busan juga not bad lho. Pemandangan yang bisa terlihat setelah melewati jalanan menanjak dan berkelok-kelok sangatlah indah. Warna-warni rumah penduduk dengan susunan yang padat dan berlatar bukit membuat tempat ini menjadi sangat path-able atau instagram-able !
Untuk mempermudah penelusuran kita di Gamcheon, tersedia map petunjuk yang bisa dibeli dengan harga KRW 2,000. Dengan patokan yang sudah tergambar jelas di map, kita bisa mengelilingi tempat ini dan juga mampir ke beberapa spot yang memiliki keunikannya masing-masing. Selain itu terdapat beberapa kedai makanan dan minuman yang juga bisa dikunjungi.
Karena village ini isinya mostly adalah rumah penduduk, maka banyak sekali peringatan untuk tidak membuat kegaduhan ketika sedang melewati rumah penduduk. Eits, jangan takut bakal tersesat di sini, karena pasti ada aja orang yang bisa kasih petunjuk jalan buat kita.
Setelah puas menyusuri satu putaran dan sampai di spot ujung tempat naik bus, saatnya kami berpindah ke surga makanan, BIFF Square ! Eits, sebelum menikmati street food yang enak, gue mau cerita dulu kejadian awkward pas naik bus ke sini. Si Letsa entah kenapa dalam keadaan bus yang sesak, bisa banget dapet duduk di samping driver bus, yang ternyata masih muda dan tjakep. Nah, fokus ceritanya adalah ketika si driver baek banget kasitau Letsa kalo bus udah mau nyampe BIFF Square, dan Letsa dengan girang serta polosnya say thank you ke si driver pas turun bus, Kamsahamnida, oppa !, yang akhirnya jadi salah satu bahan yang bisa kami pakai buat ngerjain si Letsa di kemudian hari. Karena dari ko Yos kami baru tau kalau ternyata panggilan "oppa" itu biasanya lebih digunakan oleh cewek manggil pasangan cowoknya (panggilan sayang) atau panggilan yang dipake oleh adik perempuan kepada kakak laki-laki yang memiliki hubungan keluarga atau kerabat. Kalau yang normal, cukup sapa dengan Sunbae atau Sunbae-nim aja. HAHAHA. Pantesan reaksi si driver agak kaget pas si Letsa ngomong gitu. Maklumlah ya, abisnya udah keracunan drama Korea sik !
Suasana di BIFF Square masih lumayan lengang pas kami sampai, membuat kami bisa lebih leluasa untuk menikmati berbagai jenis street food yang semuanya sangat menggoda mata dan juga perut yang lapar ini.
Salah satu camilan yang kudu dicoba kalau datang ke sini adalah...Hotteok ! Posisinya persis di tengah BIFF Square dengan antrian yang lumayan panjang dan rasa yang enak !
Berhubung langit udah mulai gelap dan kami masih ada sisa satu tempat di itinerary yang mesti dikunjungi, kami langsung mempercepat langkah untuk naik bus yang akan membawa kami ke Gwangalli beach. Namun sayangnya, bus yang kami tumpangi tidak berhenti persis di Gwangalli beach, yang mengakibatkan kami mesti jalan kaki lumayan jauh untuk bisa sampai ke pinggir pantai yang dikelilingi oleh cahaya lampu dari bangunan di sekitarnya dan di tengahnya terdapat jembatan panjang yang indah. Ohya, dengan bonus bulan yang bersinar terang.
Rasa letih karena seharian penuh ini kami jalan non-stop akhirnya membuat kami tidak berlama-lama di Gwangalli beach. Cus balik ke hotel. Tapi apa daya, emang dasar rasa pegel selalu aja kalah sama rasa lapar gue. Jadi begitu sampai di hotel, taroh tas, gue langsung ngekor Ocha yang jalan keluar lagi buat nganterin ko Yos ke halte bus, sekalian cari makan lagi, hehe.
Ga banyak tempat makan yang masih buka pas malam hari di Busan, khususnya di sekitaran tempat kami menginap. Jadi pilihan mau makan dimana bisa dipersempit dan kami menjatuhkan pilihan di salah satu restoran 24 jam yang kami lewati (kalo ga salah, nama restorannya Woo Dook). Surprisingly, rasanya enak.
Ohya, Busan di malam hari lumayan mirip sama Jeju, rada sepi. Jadi, kelar makan, kami langsung balik ke hotel untuk istirahat dan...ga lupa juga, ngoles counterpain ! Otot kaki mesti segera diselamatkan, karena besok kami akan berpindah lagi ke...Seoul ! Yaayy !
Selamat malam, Busan !
(P.S : Thanks untuk ko Yos yang udah meluangkan waktu buat nemenin kita seharian di Busan)
Craving for the food!!! Aku akan banjir comment disini wkwkwk
ReplyDelete